Sabtu, 11 Mei 2013

Review The Coffee Memory


The Coffee Memory
Penulis: Riawani Elyta
Penyunting: Laurensia Nita
Penerbit: Bentang Pustaka (Pustaka Populer)
Jumlah Halaman: 232 halaman
Harga: Rp.39.000
ISBN: 9786027888203





 

         Sore itu saya menikmati secangkir kopi susu hangat, sambil membaca sebuah buku bersampul cokelat manis, dengan gambar butiran kopi yang berserak memenuhi hampir seluruh permukaannya. Tiba-tiba saya merasa telah berpindah tempat. Kafe Katjoe Manis. Interior kafe yang didominasi warna hitam dan putih tanpa sentuhan artistik berlebihan, telah mampu menyerap semua panca indera. 

            Dania, pemilik Katjoe Manis dengan ramah menemani dan bercerita banyak hal tentang kafenya dan semua memory yang mengiringinya.


            Dania dan Andro suaminya, merintis kafe Katjoe Manis berdua. Bagi Andro, Katjoe Manis adalah impiannya. Impian membuat sebuah kafe yang kelak namanya tak kalah harum dengan Starbucks. Tapi impian itu seakan menguap meninggalkan kesedihan mendalam pada Dania dan Sultan jagoan kecilnya. Mata saya ikut berkaca, setiap kali Dania bercerita tentang Sultan. Andro pergi dalam sebuah kecelakaan. Dalam keterpurukaannya, Dania berusaha bangkit. Meski hidupnya kini tak lagi lengkap dan sempurna tanpa Andro. Dania tidak ingin impian Andro berhenti karena kepergiannya. 

            Dania mulai menghidupkan Katjoe Manis setelah beberapa bulan kafe itu tak beroperasi. Saat itulah Dania mengalami berbagai macam peristiwa yang menuntutnya untuk bisa menghadapi semuanya. Kehilangan Andro berarti kehilangan seorang barista handal di kafenya. Karena bagi mereka berdua, pekerjaan barista tidak hanya seputar pemahaman tentang membuat dan menyajikan latte, maccahiato, espresso dan cappuccino. Tetapi juga memahami akan filosofi dan histori yang tersimpan di balik setiap milligram serbuk kopi.   

            Dania harus mencari barista pengganti Andro. Barry, sang barista baru itu, ternyata menimbulkan  banyak tanya di benak Dania. Seolah dia menyimpan sesuatu yang begitu rapat disembunyikannya. Saat itu pula muncul sosok Pram, lelaki dari masa lalu Dania yang kini menjelma menjadi pengusaha kafe sukses. Dan celakanya, Pram membuka Bookafeholic berdekatan dengan Katjoe Manis. 

            Hari-hari Dania selanjutnya dihinggapi banyak peristiwa yang membuat perasaan rindunya pada Andro semakin kuat. Hingga dia dikepung kebimbangan apakah dia akan membiarkan hatinya berpaling.

            Saya menyesap kopi hingga tandas tak bersisa. Saya menghela napas dalam, memandang Dania sambil tersenyum. Hati saya ikut merasakan rindu, haru dan cinta yang begitu menderu dalam setiap helaan napas setelah mendengar ceritanya. Dan hingga kini meskipun saya tak berada di  Katjoe Manis, aromanya masih saja lekat dalam memory.          

***

The Coffe Memory. Sebuah novel yang cukup manis, semanis cover dan aroma kopi yang begitu kuat menguar dari setiap lembarnya. Riawani Elyta seperti biasa begitu pintar meramu dan menjalin cerita tentang cinta dengan santun dibumbui intrik lika-liku  bisnis coffe shop dan menyelipkan banyak informasi  tentang kopi. 

Membaca novel ini tidak saja dimanjakan dengan imajinasi tokoh-tokoh dan alur ceritanya, tapi juga dimanjakan dengan beberapa quotes dan tips tentang kopi. Pembaca yang notabene bukan pecandu kopi semacam saya, jadi manggut-manggut dan mencoba menghayati filosofi di balik secangkir kopi.  

Kopi arabika memiliki tekstur yang lebih kaya dan rentang cita rasa yang lebih luas. Sebelum dipanggang, aromanya menyerupai blueberry, tetapi setelah melalui proses pemanggangan, aroma buah akan beralih menjadi aroma manis biji kopi panggang. Tujuh puluh persen produksi kopi dunia adalah dari jenis arbaika.  (Hal. 199)

Secangkir kopi adalah jembatan kenangan dan komunikasi yang paling hangat. Dan bersamanya, kita bisa menciptakan momen-momen special dalam secercah perjalanan hidup. (Hal. 215)

Dalam novel ini Riawani Elyta juga mengajak saya untuk bernostalgia dengan dua orang saudara sepupu pemilik Bread Talk, sebuah bakery shop yang diramu apik dalam novel pertamanya Tarappucino. Tiba-tiba jadi kangen Tara, Rafli  dan tentu saja Hazel hehe. Meskipun konflik di the Coffe Memory cenderung lebih ringan, karena itu sangat cocok  dibaca sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat di pagi atau sore yang teduh.  

Dalam sebuah novel, bagi saya selain jalinan cerita dan konfliknya, tak kalah penting karakter tokohnya yang kuat. Entah kenapa di novel Riawani Elyta ini sampai saya menuntaskan lembar terakhir, saya belum bisa menggambarkan sosok  Dania seperti apa. Rasanya kurang terdeskripsikan dengan lebih detil. Beda saat saya membaca Tarappucino, tokoh Tara begitu merasuk dalam ingatan saya, dan seolah bisa membayangkan wujud nyatanya. 

Justru tokoh yang melekat dalam ingatan saya adalah tokoh Barry dan Pram. Saya membayangkan sosok Barry seperti chef Juna dengan kulit putih sedap dipandang dan semakin sedap dengan apron dan aksinya di dapur. Sedang sosok Pram saya membayangkan perpaduan antara Reza Rahardian dan Atalarik, tampan, maskulin, dengan tubuh tinggi proporsioanal hmm…
Akhirnya, tetap mengacungkan jempol untuk novel ini. Dan saya selalu rindu membaca novel-novel Riawani Elyta yang sepertinya akan lahir berturutan di tahun ini. Tetap semangat untuk menulis cerita yang mengispirasi, menerobos ranah romance dengan tetap menjaga idealisme dan identintas penulisnya. Menjadikan cerita romance, tak seperti biasa. Ada nilai yang bisa dipetik, minimal pembaca manggut-manggut, merasakan hangat yang mengalir di hati. 


Saat aroma kopi itu menjauh,

Kusadari bahwa kau

tak mungkin kutemui lagi

Seperti aromamu yang terempas

oleh butir udara,

meninggalkanku dalam sunyi

yang dingin



Sampai kusadari kau hadir,

menyergapku dalam diam,

mengembalikanku dalam kenangan.

Dan, menabur aroma yang sama

dengan apa yang telah kutinggalkan.

Ketika itulah aku pahami,

Aku tak mungkin berpaling lagi.

3 komentar:

  1. makasih mbak Vanda,untuk reviewnya yang sweet :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak Lyta :) sweet seperti penulis novelnya ^_^

      Hapus
  2. itu covernya beda? tapi tetep sama kan? cuma covernya aja? mau beli nih soalnya. takut beda^^

    BalasHapus